Resensi Novel


 Novel Negeri 5 Menara






  • Judul               : Negeri 5 Menara
  • Penulis            : A. Fuadi
  • Tahun             : 2009
  • Penerbit          : PT. Gramedia Pustaka Utama


A. fuadi adalah seorang penulis kelahiran Byur, kampung kecil di pinggir danau Maninjau tahun 1972. Fuadi merantau ke Jawa memenuhi perintah ibunya untuk masuk sekolah agama.


Resensi Novel

Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah diluar tanah Minangkabau masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, main bola di sawah dan mandi air biru Danau Maninjau. Tiba–tiba dia harus melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setangah hati dia mengikuti perintah ibunya: belajar di pondok.

Di hari pertama di pondok Madani, Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dengan raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung yang bergerak ke ufuk. Awan-awan itu menjelmamenjadi negara dan benua impina masing-masing. Ke mana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: jangan pernah remehkan impian, walaupun setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.


Penilaian Novel

Novel ini sangat bagus untuk dibaca semua kalangan, mulai dari anak kecil sampai orang tua. Novel ini banyak tergantung unsur mendidik dan inspiratif diantaranya tentang proses pendidikan kehidupan, pendidikan dalam segi keilmuan dan keislaman, dengan di tambah istilah man jadda wajadda memberikan sebuah motivasi bagi para pembaca untuk memperjuangkan impiannya. Diceritakan pula dengan tatanan bahasa yang indah sehingga menyentuh hati para pembaca.